KH Sholeh Iskandar: Pejuang dan Ulama Yang Membangun Peradaban Islam Di Bogor
dan Jalan Raya.KH Soleh Iskandar adalah seorang tokoh pejuang sekaligus ulama yang disegani. yang lahir di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor, 22 Juni 1922. Ia adalah anak kedua dari lima bersaudara, terlahir dari pasangan H. Muhammad Arif Marsa
dan Hj. Atun Halimah.Ia lahir dari keluarga yang agamis dan taat terhadap agama karena masih keturunan seorang ulama besar Banten yaitu H. Tubagus Arfin yang
merupakan kakek KH. Sholeh Iskandar dari pihak ibunya yaitu Hj. Atun Halimah.
Tidak banyak sumber yang menceritakan tentang masa kecilnya, rata-rata sumber
yang didapatkan menceritakan KH. Sholeh Iskandar yang beranjak ramaja, karena diusia 16 tahun ia sudah aktif dalam
kegiatan kepemudaan di kampung halamannya.Sebelumnya ia pernah mendirikan organisasi pemuda
Muslim yang diberi nama Subbanul Muslimin (Pemuda Muslimin) di daerah kelahirannya.
Terbukti bahwasanya sejak muda juga ia sangat aktif dalam bermasyarakat terutama dalam lingkungan kepemudaan.Sejak muda KH. Sholeh Iskandar juga sudah tampil dan memimpin Barisan Islam Indonesia (BII), dan Pemuda Gerakan Indonesia (Perindo).Berkat keaktifannya dalam memimpin pasukan kepemudaan seperti itu membuatnya dipercaya dan banyak memiliki jaringan luas dalam masyarakat terutama berperan dalam
gerakan kemerdekaan Indonesia seperti Hizbullah tepatnya untuk wilayah Leuwiliang-Jasinga, KH. Sholeh Iskandar di
percaya memimpin Hizbullah karena pengalamannya yang banyak memimpin organisasi kepemudaan.
Masa mudanya banyak dihabiskan dengan
berorganisasi dan latar belakang seorang KH. Sholeh Iskandar adalah santri yang berpendidikan pesantren, jadi selain peduli terhadap negara dan kemerdekaan masyarakatnya ia juga sangat rendah hati dan taat dalam beragama.
KH Sholeh Iskandar Terlahir dengan lima bersaudara, ia merupakan anak kedua dengan empat saudaranya yaitu H. Anwar Arief, Achmad Chotib, Hj. Siti Chodidjah, dan Hj. Siti Djumraeni. Ia sebenarnya terlahir dari keluarga yang aktif dalam kegiatan perjuangan kemerdekaan di zaman revolusi, bisa dilihat dari kakaknya H. Anwar Arief
merupakan salah seorang yang menjabat sebagai Komandan Seksi II Kompi IV, sedangkan KH. Sholeh Iskandar merupakan seorang Kapten jelas lebih tinggi empat tingkat dari kakak kandungnya. Bisa dilihat bahwa urutan kepangkatan militer adalah Sersan Mayor, kemudian Letnan Muda, Letnan II, Letnan I, Kapten lalu Mayor.
Adapula adik KH. Sholeh Iskandar yaitu H. Achmad Chotib dia menjabat sebagai Kepala Bagian Persenjataan Batalyon O dengan pangkat Letnan Muda, dan lebih tinggi satu tingkat dengan kakak pertamanya yaitu H. Anwar Arief. Begitupula dari keluarga ayah maupun ibu KH. Sholeh Iskandar juga banyak
terlibat dalam tubuh perjuangan di Desa Pasarean seperti Hj. Aisjah binti Salen yang merupakan ketua dapur umum dari kegiatan Laskar Rakyat Leuwiliang hingga Batalyon O
merupakan bibi KH. Sholeh Iskandar dari ayahnya. Sedangkan H. Mohammad Sholeh bin H. Naikin terhitung paman KH. Sholeh Iskandar, begitupula Kapten Dasuki Bakri, Komandan Batalyon TKR Batalyon III Resimen Bogor, adalah paman KH. Sholeh Iskandar dari istri kapten Dasuki Bakri.
Dilihat dari latar belakang keluarganya, bahwa keikutsertaan KH. Sholeh Iskandar di dunia kemiliteran juga banyak dipengaruhi oleh keluarganya, Maka dari itu wajar saja jika sosok KH. Sholeh Iskandar tumbuh
sebagai orang yang aktif dalam memper- juangkan kemerdekaan Indonesia khususnya untuk wilayah Bogor Barat dengan melawan penjajah Belanda yang banyak menindas rakyat Indonesia.
Setelah dewasa ketika ia menjadi santri di Cantayan,Kabupaten Sukabumi.KH Sholeh Iskandar diangkat jadi menantu oleh gurunya yaitu KH Ahmad Sanusi dengan di nikahkan kepada anaknya Siti Maryam.Dari pernikahan tersebut dikaruniai enam orang anak, KH. Sholeh Iskandar tidak hanya memiliki satu istri, ia menikah lagi dengan istri kedua yaitu Siti Maemunah asal Jakarta,Dengan dikaruniai 2 anak,Sedangkan dari istri yang ketiga yaitu Siti Rohani yang berasal dari Bogor tidak karuniai anak, jadi semua istri KH. Sholeh Iskandar ada tiga orang istri dan delapan orang anak baik dari istri pertama maupun dari istri kedua.
Setelah dekrit kemerdekaan Indonesia KH. Sholeh Iskandar mengundurkan diri dari Militer Saat itu pangkat Mayor, Padahal selangkah lagi setelah mayor itu bisa menjadi Jendral.Ia lebih aktif dalam tubuh politik Masyumi khususnya untuk wilayah Bogor. KH.Sholeh Iskandar menjadi salah satu pengurus dalam Partai Masyumi terbukti dengan dekatnya KH. Sholeh Iskandar dengan KH. Noer Ali dari Bekasi dan M. Natsir seorang tokoh politik Masyumi yang begitu terkenal yang merupakan senior baginya.
KH Noer Ali,KH Sholeh Iskandar,Moh Natsir
Setelah berhenti di dunia politik KH. Sholeh Iskandar lebih berfokus pada masyarakat, ia mengabdikan dirinya untuk masyarakat Bogor dengan banyak membangun
lembaga pendidikan salah satunya yaitu lembaga Pendidikan Islam tertinggi yaitu Universitas Ibn Khaldun ini adalah Sebagai salah satu bukti dari contoh lembaga pendidikan Islam yang masih berdiri hingga
saat ini.begitu pun dengan Pondok Pesantren Pertanian Darul Falah didirikan 1960 m.Selain itu ia juga membangun lembaga kesehatan (Rumah Sakit Islam Bogor) dan Lembaga keuangan Berupa Bank Amanah Ummah berbasis Syar'ah yang saat ini gedungnya bisa kita lihat berada di lewiliang dan dekat air mancur kota Bogor.
Pendidikan KH Soleh Iskandar
Seorang ulama baik itu pejuang maupun pendakwah ulung pasti latar belakang pendidikannya yaitu pesantren, Begitupun KH. Sholeh Iskandar yang dari kecil lebih berminat terhadap ilmu agama. Meskipun terlahir dari keluarga biasa namun kedua orang tuanya mendukung keinginannya untuk menempuh pendidikan pesantren dengan lebih mendalami ilmu agama yang menjadi ketertarikannya,karena pendidikan agama merupakan pendidikan yang paling
penting yang harus ditanamkan sejak dini.
KH. Sholeh Iskandar dari kecil menuntut ilmu di berbagai pesantren, baik di daerah sekitar rumahnya maupun di wilayah lain,
Awalnya di tahun 1934-1936 pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Cangkudu, Kecamatan Baros,Kab Serang dibawah pimpinan KH. Syukur.KH. Sholeh Iskandar kenapa bisa belajar hingga ke Cangkudu karena mengikuti gurunya
KH. Siddiq dari Bakom Ciawi, ia mengenyam pendidikan disini hanya sekitar dua bulan karena mengikuti KH. Shiddiq pergi belajar ke Cangkudu.Namun diketahui bahwa ia terakhir lama belajar menjadi santri di Pondok Pesantren Cantayan kab Sukabumi dan menjadi murid KH. Ahmad Sanusi. Sebelum belajar ke Cantayan KH. Sholeh Iskandar di tahun 1937-1940 Ia belajar di Cantayan dengan di bawah bimbingan KH.
Ahmad Sanusi, KH. Nachrowi, dan H.Damanhuri.
Mengenai pendidikan formalnya hanya sampai kelas 3 Sekolah Rakyat tepatnya Sekolah Rakyat Warung Saptu, Cibungbulang.kab Bogor.Memang sebagai seorang ulama ia banyak menghabiskan waktunya kepada masyarakat, salah seorang yang lebih sering bertindak daripada hanya mencetuskan ide
saja. Meskipun riwayat pendidikan formalnya hanya sampai kelas 3 Sekolah Rakyat, karena waktu masa mudanya ia
banyak habiskan di medan perang mengangkat senjata melawan para penjajah, berbeda dengan para ulama biasanya
yang menuangkan keilmuannya dengan sebuah pena. KH. Sholeh Iskandar lebih senang bertindak secara fisik membangun sarana dan prasana khususnya untuk kalangan umat Islam di Bogor.
Riwayat hidup KH. Sholeh Iskandar banyak di hiasi oleh perjuangan baik sebagai pejuang negara (militer) maupun pejuang agama (PenDa'i yang Ulung), KH. Sholeh Iskandar wafat pada tanggal 22 April 1992/ 19 Syawwal 1412 H, Ia wafat ketika sedang memberikan tausiyah dikantor BKSPP (Badan Kerja Sama Pondok Pesantren) Jawa Barat.Badan tersebut didirikan tahun 1970 yang diketuai oleh KH Noer Ali dan sebagai ketua Pelaksananya KH Sholeh Iskandar.
Semoga Apa yang telah dikorbankan untuk Negri dan Agama oleh KH Sholeh Iskandar dan Kawan-kawannya Diterima Allah Ta'ala,dan Dibalas dengan Pahala yang besar.
Dengan membaca tulisan ini dapat memperkaya wawasan dan bisa menjadi teladan agar bisa menjalani kehidupan dengan baik./Badrussalam.
ReferensiSunting
• ^Damayanti, Sri Hesti. Kontribusi KH. Sholeh Iskandar Dalam Memajukan Pendidikan Islam Di Bogor (1968-1992) (PDF). Skripsi Sarjana, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Komentar
Posting Komentar