Tasawuf Nabi Muhammad SAW







Tasawuf merupakan ilmu dalam Islam yang wajib di miliki oleh setiap pribadi muslim karena Tasawuf merupakan salah satu dari tiga komponen dalam agama Islam yang satu dengan yang lainnya tidak bisa dipisahkan; iman (aqidah), Islam (syariah), dan ihsan (tasawuf).
Tiga hal tersebut terekam dalam hadis Jibril yang cukup masyhur (Sohih Muslim; kitab iman no 1 ). Para ulama menafsirkan ihsan sebagai ajaran yang berkaitan dengan hati atau tasawuf.Dan tasawuf juga merupakan upaya melatih jiwa dalam melakukan hubungan dengan Tuhan agar dapat membebaskan diri dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan lebih dekat dengan Sang Pencipta. 

Banyak pendapat ulama tentang Tasawuf diantaranya Imam Syafi’i (Muhammad bin Idris, 150-205 H ; Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i),
Beliau berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu :
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara
2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati
3.Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawwuf.”(Kashf al-Khafa and Muzid al-Albas; Imam 'Ajluni, vol: 341).dikutip dari konsultasiIslam.com

Dalam kitab I’tiqad al Furaq al Musliman, al Razi menegaskan bahwa jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk melunakkan hati supaya tidak tertipu kehidupan dunia, menjaga diri agar hati dan pikiran selalu sibuk dengan mengingat Allah dalam seluruh tindakan dan perilaku.

Kehidupan Tasawuf Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW dalam kesehariannya adalah kehidupan sufi yang murni dan menjadi inti dari kehidupan Islam yang sebenarnya. Kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW dapat menjadi tauladan bagi siapa saja yang menginginkan kehidupan sejahtera lahir dan batin serta selamat didunia dan diakhirat. Kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua fase, yaitu kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat sebagai Rasul dan kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW setelah diangkat sebagai Rasul.

Kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat sebagai Rasul hal ini ada dua pendapat:
 Pertama, Pertumbuhan tasawuf pada mulanya dapat dipandang ketika Nabi Muhammad SAW suka menyendiri, berkhalwat atau bertahanuts di Gua Hira’. Di Gua Hira’ beliau melatih diri untuk menjauhi keramaian hidup, menghindari kelezatan dan kemewahan dunia, bertekun, berjihad, tafakkur, berfikir, menghindari makan dan minum yang berlebihan, dan memperhatikan keadaan alam dan susunannya, memperhatikan segala-galanya dengan mata hatinya.Kehidupan tasawuf pada diri Nabi Muhammad SAW tersebut membuat kalbu beliau menjadi jernih dan menjadi pengantar terhadap kenabian beliau, sehingga cahaya kenabian dalam diri beliau menjadi kuat. Keadaan ini berlangsung hingga Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama dan Nabi Muhammad SAW diangkat oleh Allah sebagai Rasul pada tanggal 17 Ramadhan tahun pertama kenabian. Dengan diangkatnya Nabi Muhammad menjadi Rasul, maka Nabi Muhammad mengemban amanat Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari lembah kejahilan dan kesesatan. 
Tahannuts Nabi Muhammad SAW di dalam Gua Hira’ menjadi cikal bakal kehidupan
yang nantinya akan dihayati para sufisme, dimana mereka menetapkan dirinya sendiri di bawah berbagai latihan rohaniah, seperti sirna ataupun fana di dalam munajat dengan Allah,sebagai buah dari khalwat. Manfaat dari jalan yang ditempuh para sufi mengikuti tahannuts Nabi Muhammad SAW di dalam gua Hira’ menurut Imam Ghazali :
1.Pemusatan diri dalam beribadah dan berfikir
2. Mengakrabkan diri di dalam munajat dengan Allah dengan menghindari perhubungan diantara para makhluk
3.Menyibukkan diri dengan menyingkapkan rahasia-rahasia Allah tentang persoalan dunia dan akhirat maupun kerajaan langit dan bumi.


Kedua, Tahannuts Nabi Muhammad SAW tidak dapat dijadikan awal tasawuf Islam
karena terjadi sebelum Al-Qur’an diturunkan. Hanya perikehidupan Rasul setelah turun AlQur’anlah yang dapat dipandang sebagai awal tasawuf Islam. Tahannuts Rasulullah di Gua Hira’ memang untuk memusatkan rohani, tetapi karena hal itu bukan dari ajaran Allah yang diturunkan setelah datangnya syari’at Islam, maka tahannuts Rasul tersebut tidak dapat dijadikan sumber tasawuf Islam.

Kehidupan tasawuf setelah diangkat sebagai Rasul

Setelah Nabi Muhammad menjadi Rasul Allah, mulailah beliau mengajak manusia membersihkan rohaninya dari kotoran-kotoran syirik dan nafsu amarah yang tidak sesuai dengan fitrah aslinya. Beliau berdakwah menyeru manusia memperteguh tauhid dan mempertinggi akhlaknya untuk mencapai keridhaan Allah. Pada fase ini ditandai dengan askestisme serta pembatasan diri dalam makan maupun minum, dan penuh makna-makna rohaniah yang merupakan sumber kekayaan bagi para sufi. Nabi Muhammad SAW selalu mewajibkan diri tetap dalam keadaan sederhana, banyak beribadah dan shalat tahajud. Keadaan ini berlangsung sampai turunnya cegahan di dalam Al-Qur’an dalam firman-Nya : “Thaha! Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (Qs. Thaha: 1-2).

Berikut ini merupakan perihidup tasawuf Nabi Muhammad SAW dengan iman dan
ketabahan yang kuat yang menjadi suri teladan kaum shufi:

 a).Ketika perjuangan baru dimulai, tulang punggung perjuangan dakwahnya wafat, yaitu Abu thalib dan Khadijah. Beliau terima segalanya dengan tabah dan tenang. Kemudian pergi ke Thaif, sesampai disana dakwahnya ditolak dan pulang membawa luka dan derita. Beliau meneruskan perjalanan di tengah-tengah kepungan umat yang jahil itu. Maka beliau terima segalanya dengan tabah.

b) Pada suatu waktu beliau datang ke rumah Aisyah, ternyata di rumah tidak ada apa-apa. Beliau terima dengan sabar, ia kerjakan puasa sunat. Beliau kemudian pergi ke masjid bertemu dengan Abu Bakar dan Umar, beliau bertanya :”apakah gerangan dengan anda berdua datang ke masjid?” kedua sahabat tadi menjawab : “menghibur lapar, beliaupun mengatakan :”aku pun keluar untuk menghibur lapar”.
 c).Sahabat Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Abdullah bin Mas’ud, Abu Zar, dll pernah berhimpun di rumah Usman bin Mazh’un Al-Jumahy. Mereka bermusyawarah untuk berpuasa siang hari, tidak tidur di kasur, tidak memakan daging dan lemak, tidak mendekati isteri, tidak memakai minyak wangi, akan memakai wool kasar, akan meninggalkan dunia, akan mengembara di muka bumi dan ada diantara mereka yang bercita-cita akan memotong kemaluannya. Musyawarah itu terdengar kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Sesungguhnya aku tidak menyuruh yang demikian. Sesungguhnya ada hak kewajibanmu terhadap dirimu, maka puasalah kamu dan berbuka, bangunlah beribadat pada malam hari dan tidur, karena aku bangun beribadat pada malam hari dan tidur, aku berpuasa dan berbuka, aku makan daging dan lemak, aku datangi perempuan-perempuan. Barangsiapa tidak suka kepada sunnahku itu maka tidaklah dia termasuk sebagian dari umatku”.

Pokok-pokok corak kehidupan kerohanian Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu sumber tasawuf disimpulkan sebagai berikut :
Zuhud,Beliau mengajarkan bahwa kekayaan yang sebenarnya bukanlah kekayaan harta benda melainkan kekayaan rohaniah. Beliau tidak memiliki harta kekayaan padahal sebenarnya bisa memilikinya jika beliau mau. Beliau tidak tertarik karena memandang nilai rohani lebih tinggi kedudukannya. Kehidupan yang demikianlah beliau anjur-anjurkan pula kepada ummatnya. Rasulullah
bersabda: “Zuhudlah terhadap dunia, supaya Tuhan mencintaimu. Dan zuhudlah pada yang ada ditangan manusia supaya manusiapun cinta akan engkau”. (diriwayatkan Ibnu Maja, Tabrani dan Baihaqi).
Hidup sederhana, Dalam kehidupan sehari-hari tercermin kesederhanaan beliau dalam alas tidur, pakaian dan makanan. 
Bekerja Keras, bekerja keras untuk memenuhi hajat hidup dan kelebihan rezeki yang diperoleh dari cucur keringat itu untuk kepentingan infak di jalan Allah Subhanauata'ala.
Pemurah,Sosial Dalam bidang kemasyarakatan dan amal sosial beliau terkenal sebagai amat pemurah.Berkeinginan keras melayani kepentingan umat dan menolong mereka dari segala kesulitan. Rasulullah SAW selalu memperhatikan pelayanan terhadap fakir miskin, anak yatim piatu dan orang-orang lemah.

Praktik (Akhlak) Tasawuf Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah contoh dari suri tauladan yang paling baik dalam tingkah
laku (akhlak). Beliau selalu tunjukkan dan beri dorongan berbuat baik kepada sesama manusia, keluarga, memuliakan tamu dan tetangga. Nabi menjelaskan dalam salah satu sabdanya, bahwa manusia yang paling baik ialah yang paling baik perangainya. Dalam hubungan ini bukan hanya tingkah laku lahir saja, melainkan juga sikap batin hendaknya selalu terkontrol dan cenderung kepada jalan kebaikan dan kebajikan. Praktik tasawuf Nabi Muhammad SAW adalah berakhlak mulia yang selalu beliau terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita dari Sa’id bin Hisyam: “Aku datang menemui A’isyah ra , lalu kutanyakan tentang akhlak Rasulullah SAW”. A’isyah ra menjawab : “Bisakah engkau membaca Al-Qur’an ?”. Kataku : “Bisa!” Ujar beliau : “akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an. Allah ridho bersama keridlaan beliau, dan Allah niscaya marah bersama kemarahan beliau”.

Beliau begitu tertarik pada alam ke-Tuhanan. Dan sifatnya sangat tidak menyenangi
kelezatan yang batil maupun kebahagiaan yang pulasan belaka, yang begitu mempesona banyak orang, bahkan membuat mereka tunduk kepadanya. Tidak sekalipun pernah dikabarkan bahwa beliau melakukan hal-hal yang berlawanan dengan akhlak luhur (bahkan sebelum diangkat sebagai rasul).
Keluhuran akhlak Rasulullah SAW itu tidaklah dibuat-buat sebagaimana firman Allah :
katakanlah (hai Muhammad), aku tidak meminta upah sedikitpun atas dakwahku padamu, dan bukanlah aku termasuk orang yang mengada-ada”. Atau “katakanlah, hai Muhammad, aku tidaklah mengada-ada akhlakku yang tampak pada kalian”. Sebab sesuatu yang diadaada itu tidak akan tahan lama. Bahkan dengan cepat akan kembali pada tabiatnya yang asli.
Sabda Rasulullah SAW : “Tuhanku yang mengajariku tata karma, sehingga tata
kramaku benar-benar sempurna”. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Allah memerintahkan beliau bergaul baik dengan orang yang memboikotnya, mengasihi orang yang mencegahnya, dan mengampuni orang yang menganiayanya.

Diantara praktik tasawuf Nabi Muhammad SAW ialah:
Kasih sayang terhadap semua makhluk.Allah berfirman : “sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri. Terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, sangat belas kasih dan penyayang terhadap orang-orang Mukmin. Setelah turunnya wahyu kepada beliau, Khadijah ra berkata : “bergembiralah, Allah sama sekali tidak membuatmu sedih. Engkau selalu mengikat kekeluargaan, menanggung orang lemah dan anak yatim, membiayai orang miskin, menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang butuh. Nabi pun dikenal begitu baik dalam pergaulan dengan orang lain yang mengenai hal ini.
Ali bin abu thalib berkata : beliau adalah orang yang paling lapang dada, kata-katanya paling bisa dipercaya, tata kramanya paling halus, dan keluarganya adalah yang paling mulia. Beliau selalu bergaul, bersenda gurau, dan berbincang-bincang dengan para sahabatnya. Bahkan beliau sangat menyayangi anak-anak kecil, selalu memenuhi orang yang mengundangnya, selalu mengunjungi orang sakit, dan selalu menerima permintaan maaf.”

Diriwayatkan bahwa pada saat terjadi perang Uhud dan wajah beliau tampak begitu
kelam melihat apa yang dialmai para sahabatnya, maka kata para sahabat : “berdoalah, ya Rasulullah, semoga mereka (para musuh) tertimpa kekalahan”. Jawab beliau : “ aku tidak diutus sebagai pencaci maki, tapi aku diutus sebagai penyeru dan pemberi rahmat. Ya Tuhanku, berilah kaumku petunjuk, sesungguhnya mereka tidak tahu”.

Rendah hati, Diriwayatkan bahwa suatu ketika seseorang datang mengunjungi beliau. Namun begitu orang tersebut bertemu dengan beliau, dia lalu menggigil saking takutnya melihat beliau. Maka Nabi pun bersabda kepada orang itu : “kenapa kamu ketakuttan ? aku bukan seorang raja. Aku hanya anak seorang perempuan suku Quraisy, yang makannya pun daging dikeringkan (makanan orang-orang miskin ketika itu).

Beribadah,Diriwayatkan bahwa A’isyah melihat Rasulullah begitu lama mengerjakan shalat malam.Pola kehidupan Rasulullah menjadi dasar utama bagi para ulama tasawuf. Misalnya, dalam sehari semalam Rasulullah selain ibadah shalat fardhu, Nabi juga sholat tahajud tidak kurang dari sebelas rakaat dan setiap sujud lamanya sama dengan lamanya sahabat membaca lima puluh ayat sampai membengkak kedua telapak kaki beliau, beristighfar minimal 70 kali, puasa Daud, shalat rawatib serta dhuha yang tidak kurang dari delapan rakaat dengan penuh khusyu’ dan thuma’ninah secara rutin.

Dalam munajat kepada Allah SWT, maka perasaan khauf dan raja’ Rasulullah selalu mengucurkan air mata sebagai tanda ucapan syukur terhadap Allah SWT.Namun semua ibadah dilakukan dengan memperhitungkan kemampuanannya dan jangan sampai memaksa-maksa diri. Hendaklah seorang tahajjud dengan tidak mengabaikan tidur, puasa dan tidak mengabaikan berbuka pada waktunya. Berlomba-lomba dalam kebaikan dengan memperhitungkan kondisi tenaga, agar dapat beramal dan beribadah lebih kuat.

Pemalu, Sikap pemalu Nabi Muhammad SAW adalah suatu keutamaan moral yang esensial dalam islam.Diriwayatkan bahwa Abu Sa’id al-Khudri berkata : “nabi lebih pemalu daripada para gadis pingitan. Kapan beliau sedang tidak menyenangi sesuatu, kita bisa ketahui itu dari wajahnya”. Menurut Nabi Muhammad SAW “malu itu sebagian dari iman”. “setiap agama memiliki moral. Dan moral Islam adalah malu”.

Gemar memberi,Diriwayatkan dari Jabir bahwa beliau berkata :”tidak pernah sama sekali Nabi Muhammad SAW ketika beliau dimintai sesuatu, lalu berkata :”tidak”. Beliau selalu memenuhi apa yang dimintai seseorang kalau beliau mempunyai. Kalau tidak begitu, beliau berjanji akan memberikannya kapan beliau telah mempunyainya”. 


Kondisi Religius Tasawuf Nabi Muhammad SAW
Kondisi religius tasawuf Nabi Muhammad SAW dapat dibuktikan melalui pendapat beliau yang serat makna, yang dari situ para sufi menyimpulkan dan mengembangkannya dalam bentuk teori-teori intuitif dengan berlandaskan penderitaan serta pengamalan langsung, diantaranya ialah sabda yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW. Artinya : Demi Allah, aku memohon ampunan kepada Allah dalam sehari semalam tak kurang dari tujuh puluh kali. (H.R. al-Bukhari).

Nabi juga menyeru untuk menghindari cinta dunia sebagaimana sabdanya : “jauhilah kelezatan hidup di dunia, Allah akan mencintaimu. Dan jauhilah apa yang ada ditangan orang banyak, orang-orang akan mencintaimu”. Dan sabdanya : “jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya, niscaya Allah membuatnya paham terhadap agama, menghindarkannya dari hal-hal yang keduniawian, dan menunjukkan cela-celanya”. Lebih jauh lagi beliau pun bersabda : “apabila engkau melihat seseorang menjauhi hal-hal yang duniawi, dekatilah dia, sebab dia memberikan hikmah”.
Mengenai pengertian kewalian (wilayah), Nabi pun menguraikannya dalam sebuah
hadit qudsi :”Allah berfirman : Barangsiapa memusuhi seorang wali-Ku, maka Aku menyatakan perang terhadapnya. Tiidak ada yang lebih Kucintai pada seseorang yang mendekatkan dirinya pada-Ku, kecuali apa yang Kuwajibkan padanya. Selama seorang hamba-Ku tetap mendekatkan dirinya pada-Ku, dengan melaksanakan hal-hal yang disunnahkan, amak Aku tetap mencintaiinya. Jika Aku mencintainya, Aku adalah pendengarnya, yang dipakainya utntuk mendengar; penglihatannya, yang dipergunakannya untuk melihat; tangannya, yang dipergunakannya untuk menampar; dan kakinya, yang dipergunakannya untuk berjalan. Apabila dia memohon pada-Ku, Aku akan memberi apa yang dimohonkannya; dan apabila dia memohon perlindungan pada-Ku, maka Aku akan melindunginya”.

Adapun makna syukur maupun sabar, dan makna-makna rohaniah yang terkandung
dalam keduanya, Nabi bersabda :”kesucian adalah separuh dari keimanan. Syukur kepada Allah akan memenuhi neraca. Tasbih dan tahmid akan memenuhi apa yang di antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya. Shadaqah adalah bukti. Dan sabar adalah sinar.".
Lebih jauh lagi Nabi pun menganjurkan kita untuk bertawakkal serta menerima
ketentuan Allah, sebagaimana sabdanya : “jagalah Allah, maka engkau akan mendapatkanNya di hadapanmu. Kenalilah Allah tatkala engkau dalam kecukupan, niscaya Dia akan mengenalimu tatkala engkau dalam kesulitan. Ketahuilah apa yang membuatmu keliru, dan yang menimpamu itu tidaklah untuk membuatmu keliru. Pun ketahuilah, kemenangan menyertai kesabaran, kecukupan menyertai kesusahan, dan kesulitan menyertai kemudahan”.

Sebagian doa Nabi juga mengandung makna-makna mistis, misalnya doa beliau :”Ya
Tuhan, kepada-Mu aku berserah diri. Dengan-Mu aku beriman. Kepada-Mu aku bertawakkal serta bersesal diri. Dan karena-Mu aku berperang”. “Ya Tuhan, jadikanlah aku orang yang selalu bersyukur. Jadikanlah aku orang yang sabar. Dan jadikanlah aku kecil dimataku tapi besar dimata orang lain”. “Ya Tuhan, tolonglah aku dengan ilmu
pengetahuan. Hiasilah aku dengan kesabaran. Muliakanlah aku dengan taqwa. Dan indahkanlah diriku dengan kesehatan”. “Ya Tuhan, aku meohon kepada-Mu kesehatan, keterlepasan dari dosa, kepasrahan, akhlak yang baik, dan ridha dengan ketentuan”.

Semua ini menjadi gambaran bahwa Nabi Muhammad SAW mementingkan kerohanian
dan kehidupan spiritual yang menjadi teladan dan menarik perhatian ahli-ahli tasawuf. Tidak ragu lagi bahwa Nabi adalah tipe ideal bagi seluruh kaum Muslimin, termasuk pula bagi para sufi. Ini sesuai dengan firman Allah : “Sesungguhnya, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah serta (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah."(Qs Al-Ahzab :21).

Oleh karena itu, tasawuf para sufi menunjukkan secara jelas adanya kecenderungan-kecenderungan askestisnya serta makna-makna moralnya, seperti tingkatan serta keadaan dan buah-buah rohaniahnya, muncul dan mendapat sumber materinya yang pertama dari kehidupan tasawuf, praktik, dan kondisi religius Rasulullah SAW.

Demikianlah penjelasan mengenai tasawufnya Nabi Muhammad SAW,Semoga informasi ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kita.


ReferensiSunting 
https://www.academia.edu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelantikan Ketua RW dan RT Desa Cimayang, Kabupaten Bogor, Periode 2025–2030

Antisipasi Bencana, Pemkab Sukabumi Tutup Sementara Destinasi Wisata

FSB KIKES KSBSI Sukabumi Suarakan Lima Harapan Buruh pada Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei 2025