CANDU PAYLATER MEMBIUS REMAJA
Ilustrasi
Duniaislambumiindonesia.blogspot.com,Dunia menjadi mudah seiring dengan kemajuan era digital. Berbagai hal bisa dilakukan dalam waktu singkat termasuk di antaranya berbelanja. Tak ketinggalan e-commerce pun menjadi alat transaksi pada belanja online, termasuk fasilitas kredit berbentuk paylater yang sangat menggiurkan penggunanya.
Kerja paylater sendiri mirip dengan kartu kredit. Meski hanya berbentuk digital (virtual money), bukan fisik, tapi ia menunda pembayaran barang atau jasa, hingga sampai di masa jatuh tempo. Beberapa platform yang menyediakan pembayaran ini seperti Shopee dengan SPayLater, GoPay dengan GoPay PayLater, OVO dengan OVO PayLater, dan lain sebagainya.
Peminat paylater mulai banyak, karena prosesnya mudah dan cepat dibandingkan bank, perusahaan pembiayaan (multifinance), fintech atau pinjol (pinjaman online). Hanya saja tren bayar belakangan ini atau paylater bisa menjerat penggunanya, sehingga akan terjadi kredit macet, utang menumpuk dan impulsive buying (kebiasaan berutang).
Di beberapa kasus, telat bayar menjadi sesuatu yang tak terelakkan. Akibatnya denda berupa bunga, menjadikan kelipatan utang yang terus bertambah. Di sinilah bahayanya. Fitur paylater memang membuat kalap belanja. Tampak manis di awalnya, pastinya akan berakhir dengan kepahitan.
Rentenir gaya baru ini juga berhasil menjerat Gen Z, remaja yang lahir pada tahun 1997- 2012 disinyalir sebagai generasi yang paling adaptif terhadap teknologi. Dalam tangkapan layar cuitan sejumlah pengguna Twitter menunjukkan tagihan paylater yang membuat mereka merasa sesak membayar.
Survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center dan Kredivo terhadap 3.560 responden pada Maret 2021 menunjukkan bahwa jumlah pelanggan baru paylater meningkat sebesar 55% selama pandemi. Menurut Indef, kasus-kasus pinjaman macet makin banyak terjadi pada pengguna berusia di bawah 19 tahun yang belum berpenghasilan. (Bbcnewsindonesia, 29/12/2022)
Tentu fakta ini membuat miris. Generasi muda mengekor gaya hidup Barat dengan sekularismenya, yang menegasikan peran Allah dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Islam sebagai sebuah mabda, ada dalam seluruh lini kehidupan, baik ekonomi, sosial, pendidikan, kehidupan rumah tangga, pergaulan dan sebagainya.
Maka wajar jika pemuda muslim hari ini bingung tatkala ikut-ikutan mengadopsi pemikiran tersebut. Sebab meniadakan agama dalam kehidupan, adalah perkara mustahil bagi seorang muslim. Aturan yang lengkap di dalam Islam, membuat seorang muslim senantiasa berjalan sesuai syariat di sepanjang hidupnya. Maka Islam tidak akan membiarkan manusia melakukan muamalah yang bertentangan dengan syariat.
Tak hanya itu, sekularisme yang berorientasi pada materi, menjadikan tujuan kebahagiaannya hanyalah beroleh materi sebanyak-banyaknya. Gambaran tersebut tampak pada remaja yang terbius paylater. Hedonisme dan konsumerisme yang ada di dalam sekularisme, akhirnya masuk ke dalam kehidupan para remaja.
Konsumerisme adalah pemahaman yang membuat seseorang mengomsumsi atau membeli atau memakai barang-barang secara berlebihan, karena keinginan, bukan karena kebutuhan. Sedangkan hedonisme adalah pemahaman yang diemban seseorang yang ingin meraih kesenangan tanpa batas.
Dari sini tampak baik konsumerisme maupun hedonisme tidak datang dari Islam. Keduanya bahkan mengabaikan nilai halal dan haram. Ditambah lagi pola hidup pamer atau flexing, membuat para remaja ingin terus memperbaiki penampilan dengan merogoh kocek dalam-dalam. Banyak belanja, bayar belakangan. Hingga akhirnya tercekik tagihan yang membengkak.
Kondisi ini perlu diperbaiki dengan perubahan sistemik, agar para remaja kembali pada jati diri yang sesungguhnya yakni sebagai pemimpin umat. Ini adalah tanggung jawab yang berat, yang tidak bisa dibebankan hanya kepada keluarga saja. Perlu peran negara yang mengelola urusan umat dengan menerapkan sistem sahih, yang datang dari Allah.
Pertama adalah perbaikan sistem pendidikan yang ada dengan Islam. Caranya dengan penanaman akidah menjadi sebuah pemahaman yang kokoh. Dari sana akan lahir pribadi-pribadi muslim yang lurus, tangguh, terarah, yang mendedikasikan hidupnya hanya untuk Islam serta siap memimpin tugas kebangkitan umat. Penjagaan pemikiran pun harus terus dilakukan dengan menghapus konten sesat yang merusak akal.
Selain itu, memberlakukan sistem ekonomi Islam dengan pengaturan harta kepemilikan sesuai yang ditetapkan syara’, baik kepemilikan umum, negara maupun individu. Dari sini seluruh pemenuhan hak warga ada dalam jaminan negara, baik kebutuhan dasar atas pangan, sandang dan papan, serta kebutuhan lain pada pendidikan, kesehatan dan keamanan.
Negara pun menjalankan sistem persanksian Islam sebagaimana ketetapan Allah, agar tidak akan terjadi transaksi muamalah haram di tengah masyarakat. Sifat sanksi yang tegas sebagai jawabir (penebus) dan jawazir (pencegah) akan memperkecil terjadinya pelanggaran.
Negara menjaga keimanan warganya dari hal-hal yang akan mengalihkan arah pandang kaum muslim sebagai umat terbaik. Inilah sebaik-baik kehidupan bernegara yang akan melahirkan manusia bertakwa. Kuntum khoiru ummah, ukhrijat linnasi. []
Sumber :SUARAISLAM.ID
Komentar
Posting Komentar