Duniaislambumiindonesia.blogspot.com,Allah Subhanallhi ta’ala berfirman : “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Qs Al Munafiqun: 9).
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS Al-Anfal Ayat 28)
Anak adalah anugerah Yang Maha Kuasa bagi para orang tua. Anak juga amanah dan perhiasan bagi mereka, sekaligus kebanggaan di kemudian hari. Namun di samping itu, anak juga bisa menjadi fitnah atau ujian, bahkan menjadi musuh bagi para orang tuanya.
Empat (4) Potensi keburukan yang didapati orang tua yang tidak sukses dalam mendidik anaknya menjadi anak yang baik atau anak sholeh akan berakibat menjadi orang tua yang memiliki sifat pelit,pengecut,bodoh dan sedih.Sebagai Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:
“Sesungguhnya anak menjadi penyebab sifat pelit, pengecut, bodoh dan sedih.” (HR. Hakim dan Thabrani, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ hadits no. 1990)
Maka Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:
1- Anak penyebab munculnya pelit.
Pelit pada akhirnya berhubungan dengan harta. Orangtua yang merasa terbebani dengan amanah anak yang memerlukan biaya besar dalam mendidik mereka, berubah menjadi orangtua yang pelit.Padahal pada harta kita tidak hanya ada hak anak. Tetapi ada banyak orang lain yang berhak terhadap harta kita.
Ini artinya, para orangtua harus tetap menjaga sifat dermawan walaupun tugas membesarkan anak-anak memerlukan biaya yang tidak kecil
2- Penyebab munculnya sifat pengecut. Dalam hadits tersebut di atas, Rasululloh menyebutkan bahwa anak bisa menyebabkan tumbuhnya sifat pengecut dalam hati orangtua.
Kecintaan orangtua terhadap anak. Rasa takut kehilangan mereka. Tidak mau berpisah jauh dari mereka. Semua ini bisa membuat orangtua mendadak menjadi seorang pengecut dalam menghadapi kehidupan ini. Rasa takut begitu dominan. Takut mati tiba-tiba hadir. Tidak berani bertindak tegas dalam hidupnya dengan alasan keberadaan anak-anak.
Maka, para orangtua harus tetap memiliki sifat berani dalam mengarungi dan memutuskan langkah dalam hidup ini. Ada saat harus bahagia bersama mereka. Ada saat harus berpisah jauh dari mereka. Ada saat mereka bisa dipenuhi kebutuhannya. Ada saat keputusan harus diambil dalam hidup orangtua walau berisiko kehidupan anak-anak harus lebih prihatin.
Bersandar kepada Allah yang Maha Pemberi dan keyakinan bahwa apa saja yang dititipkan kepada Allah tak akan pernah rusak dan hilang, akan membuat orangtua tidak kehilangan keberaniannya dalam mengarungi tugas hidup di dunia.
3- Penyebab kebodohan. Hadits Nabi di atas menyebutkan bahwa anak juga bisa menyebabkan kebodohan
bagi orangtuanya. Kebodohan berhubungan dengan ilmu. Orangtua yang terlalu sibuk mengurusi anaknya, memperhatikan mereka, sering menjadikan anak sebagai alasan dari ketidak berilmuan dirinya. Kesempatan belajar memang jadi berkurang. Minat belajar juga mulai pupus, seiring kelelahan fisik yang mendera karena kesibukan bersama anak-anak dan untuk mereka.
Tetapi kebodohan tidak boleh terjadi pada kehidupan orangtua. Apalagi ilmu adalah modal untuk mendidik mereka. Bagaimana diharapkan keberhasilan pendidikan anak, jika orangtuanya menghapus ilmu baik mereka dengan tindakan dan lisan orangtua tanpa disadari. Semuanya berawal dari kosongnya kepala orangtua dari ilmu.
Sehingga, anak tidak boleh menjadi alasan orangtua hilang kesempatan menuntut ilmu. Orangtua harus tetap mempunyai waktu dan tenaga untuk belajar dan terus belajar.
4- Penyebab kesedihan
Di akhir hadits disebutkan bahwa anak bisa menyebabkan kesedihan bagi orangtua. Banyak faktornya. Anak sakit umpamanya, bisa jadi hanya sakit panas biasa. Tetapi orangtua bisa sangat panik karenanya. Kepanikan itu menyebabkan terhentinya banyak kebaikan. Atau kesedihan yang disebabkan oleh ulah anak di rumah atau di luar rumah.
Kesedihan sering bermunculan disebabkan oleh anak. Maka ini peringatan dari Nabi, agar para orangtua menjaga kestabilan jiwanya. Kesedihan adalah hal yang manusiawi. Tetapi kesedihan tidak boleh terus menerus meliputi seluruh kehidupan kita bersama anak-anak. Juga, kesedihan tidak boleh menghentikan potensi kebaikan dan amal shaleh para orangtua.
Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:
Anak berpotensi menjadi penjauh dan penghalang orangtua dari dzikir dan mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga para orangtua harus menyeimbangkan dirinya antara menjaga amanah anak tersebut dengan kepentingan dirinya untuk menjadi hamba Allah yang baik.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Qs Al Munafiqun: 9).
Sumber : ONE DAY ONE HADITS
Selasa, 16 Mei 2023 / 25 Syawal 1444
Komentar
Posting Komentar