Puisi 'Bacalah': Petualangan Jiwa Menuju Kebaikan


Duniaislambumiindonesia.blogspot.com, Di penghujung tahun 2023, sebuah puisi yang berjudul "Bacalah"  Puisi yang mendalam dan memikat,lahir dari Rumah Baca Taman Semesta, Lembah Hening Desa Cimayang.Kab bogor-Jawabarat.Puisi ini tidak hanya sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah perjalanan hidup yang tercermin melalui setiap baitnya.  Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung dan mengikuti aliran hidup dengan kesederhanaan dan keikhlasan.

Begini bunyi  puisinya:
BACALAH ! 

Di akhir tahun 2023
seorang sahabat bertanya
bagaimana aktifitas budaya baca? 

aku mengalir saja, kawan
berusaha ikhlas bagai jalannya awan
hadir apa adanya 

apalagi yang mesti dipuja?
kecuali terus melangkah menuju ke awal mula? 

hidup cuma sekejapan mata
dari kecil menuju dewasa 
lalu jadi tua 

dan ketika usia makin senja 
uban penuh di kepala 
masih juga membesarkan anak 
membangun generasi yang lebih kepenak

selebihnya menunggu terkapar
diam penuh sabar
berkalang tanah
seiring membekunya darah 

tapi gelora jiwaku 
(dan aku yakin karenanya)
akan terus bergema 
ke penjuru semesta : 

"Bacalah! 
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang mulia 
Yang menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah!
Dia mengajar manusia dengan kalam dan pena
Mengajar apa-apa yang belum diketahuinya!" 
(QS. Al-Alaq: 1-5). 

Rumah Baca Taman Semesta
Lembah Hening Desa Cimayang
30/12/202.
 
Puisi ini mengalir dengan keindahan kata-kata yang mengundang pembaca untuk merenung. "Aku mengalir saja, kawan, berusaha ikhlas bagai jalannya awan," mengajak kita untuk mengikuti aliran hidup dengan kesederhanaan dan keikhlasan.

Dalam penggambaran perjalanan hidup dari kecil hingga tua, puisi ini menawarkan refleksi tentang makna kehidupan. "Hidup cuma sekejapan mata, dari kecil menuju dewasa, lalu jadi tua," menggambarkan kecepatan perjalanan waktu dan pentingnya memanfaatkannya dengan bijak.

Pentingnya melibatkan diri dalam membentuk generasi masa depan juga tercermin dalam bait, "masih juga membesarkan anak, membangun generasi yang lebih kepenak." Puisi mengajak untuk tidak hanya hidup untuk diri sendiri, tetapi juga untuk meninggalkan warisan positif bagi generasi mendatang.

Namun, meski melibatkan diri dalam membentuk masa depan, puisi mengajak untuk menerima ketidakpastian hidup dengan sabar. "Selebihnya menunggu terkapar, diam penuh sabar, berkalang tanah, seiring membekunya darah," merangkum bahwa hidup penuh liku-liku yang perlu dihadapi dengan ketabahan dan kesabaran.

Puncak pesan dalam puisi ini muncul dengan kuat dalam seruan untuk terus membaca. "Bacalah! Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang mulia," sebuah panggilan untuk terus belajar dan merenungi kehidupan dengan mengaitkannya pada nilai-nilai spiritual.

Puisi ini menciptakan suasana kearifan dan ketenangan, memberikan dorongan untuk terus berkembang sepanjang perjalanan hidup. Melalui kata-kata yang dipilih dengan cermat, puisi ini bukan hanya rangkaian kalimat, melainkan petualangan jiwa yang memeluk kebaikan dan kebijaksanaan.

Dengan sentuhan spiritual dan kebijaksanaan yang terpancar, puisi ini mengajak kita untuk terus belajar, dan membimbing generasi mendatang. Rumah Baca Taman Semesta menciptakan sebuah karya yang tak hanya membangkitkan rasa, tetapi juga memberikan petunjuk berharga dalam menjalani kehidupan. Puisi ini bukan sekadar kumpulan kata-kata, melainkan sebuah perjalanan yang mengingatkan kita pada esensi kehidupan dan kebijaksanaan yang dapat ditemukan melalui bacaan dan introspeksi diri.

(Badrussalam)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelantikan Ketua RW dan RT Desa Cimayang, Kabupaten Bogor, Periode 2025–2030

Antisipasi Bencana, Pemkab Sukabumi Tutup Sementara Destinasi Wisata

FSB KIKES KSBSI Sukabumi Suarakan Lima Harapan Buruh pada Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei 2025